Blogger Widgets

Gebyar Tik Jambi 2015

Proses Persiapan Gebyar TIK Jambi Tahun 2015 telah dimulai Petunjuk dan Informasi Gebyar TIK dapat di lihat dengan mengeklik gambar diatas.

Selasa, 10 Februari 2015

Keuntungan dan Kerugian Dalam Melakukan Masturbasi (Onani)

Keuntungan dan Kerugian Melakukan Masturbasi (Onani)
Masturbasi atau banyak orang menyebutnya Onani adalah rangsangan yang sengaja dilakukan pada organ kelamin untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual tanpa bersenggama dengan lawan jenis. Tindakan masturbasi dapat terjadi ketika seseorang dalam keadaan nafsu syahwat yang meningkat dan tidak adanya seorang
pasangan untuk menyalurkan nafsu tersebut. Tetapi tetap didasari dengan kekuatan mental. Maksudnya ada orang yang dapat menahan nafsu dan tindakan masturbasi pun dapat dicegah. Ada lagi yang tidak dapat menahan nafsu hingga tindakan masturbasi pun terjadi.
Menurut hasil surpey hampir semua orang pernah melakukan masturbasi walaupun tidak sering. Bahkan sebagian diantaranya melakukan masturbasi ini secara rutin. Masturbasi ini biasanya dilakukan oleh mereka yang belum kawin atau belum mempunyai pasangan, dan mereka yang menjanda atau menduda yang merasa kesepian dan rindu akan kenikmatan seksual.
Apakah akan ada dampaknya dari tindakan masturbasi ini? Tentu saja akan ada dampak yang ditimbulkan. Selain berdampak pada fisik, juga dampak yang disebabkan akan mempengaruhi psikis seseorang.

Keuntungan dan Kerugian Melakukan Masturbasi (Onani) secara fisik.
Ternyata ada keuntungan dari melakukan masturbasi ini, selama masturbasi tidak dilakukan secara berlebihan (2-7 kali saja dalam sebulan) yang membuat seseorang melakukan masturbasi ini secara rutin, diantaranya:
  • Dipercaya dalam meningkatkan kekebalan tubuh.
  • Dipercaya dapat membantu mengatasi insomnia (dilakukan pada malam hari karena akan membuat tidur lebih nyenyak).
  • Bagi perempuan, dapat mengurangi kram saat menstruasi.
  • Bagi laki-laki, dapat merangsang reproduksi sperma sehingga sperma yang dihasilkan lebih banyak.
  • Bagi perempuan, dapat melatih otot-otot vagina.
  • Melatih agar tidak/mengobati ejakulasi dini, jika bersabar dalam mencapai orgasme dan ejakulasi.
Namun jika masturbasi dilakukan terlalu sering, berlebihan dan tidak berhati-hati, malah masturbasi tersebut akan berdampak negatif pada tubuh dan tentunya menyebabkan kerugian, diantranya:
  • Menyebabkan ejakulasi dini bagi pria (disebabkan masturbasi yang terburu-buru untuk mencapai orgasme dan ejakulasi).
  • Menyebabkan iritasi pada kulit bagian kelamin jika masturbasi dilakukan dalam frekuensi yang cepat, atau menggunakan media yang tidak higenis atau benda kasar dan keras.
  • Dipercaya dapat menurunkan stamina atau cepat lemas.
  • Persendian menjadi lemah, terutama pada sendi lutut.

Keuntungan dan Kerugian Melakukan Masturbasi (Onani) secara psikis.
Masturbasi akan berdampak positif pada psikis seseorang, diantaranya:
  • Mencegah stres, karena logikanya setelah kepuasan seksual terpenuhi maka pikiran seseorang akan menjadi lebih tenang.
  • Membuat perasaan mood lebih stabil.
  • Dipercaya dapat menghilangkan sifat pemarah.
Masturbasi juga akan berdampak negatif pada psikis seseorang, diantaranya:
      • Turunnya daya konsentrasi karena berubahnya pola pikir (menjadi selalu memikirkan hal seksual).
  • Ketagihan dan menjadi kebiasaan (ia anggap kebiasaan buruk) padahal ia ingin sekali berhenti melakukan masturbasi.
  • Gelisah karena perasaan bersalah sebab dalam agamanya tindakan masturbasi adalah perbuatan dosa.

Jadi, masturbasi ini masih bisa dibilang tindakan yang sudah umum dan normal untuk dilakukan. Asalkan tidak berlebihan dan berhati-hati dalam melakukan masturbasi agar tidak menghasilkan dampak negatif bagi anda. Anda juga perlu mengetahui tentang dampak-dampak melakukan masturbasi yang sebagian kecilnya telah saya bahas pada artikel kali ini. Nah, semoga informasi yang saya ambil dari berbagai sumber ini dapat membuat sobat lebih bijak untuk memperhitungkan dampak-dampak yang ditimbulkan sebelum melakukan masturbasi ini. Untuk selanjutnya adalah hak sobat untuk memilih antara mencoba, melanjutkan, atau berhenti melakukan masturbasi.

Semoga bermanfaat...

Senin, 09 Februari 2015

Pentingkah Memakai Seragam Sekolah?


Perlukah Seragam Sekolah?. Banyak pelajar yang tidak setuju adanya aturan berseragam tentunya memiliki argumentasi tersendiri, biasanya dengan dalih pendidikan sebagai proses pembebasan dan proses keberagaman (bukan penyeragaman), apalagi dengan kecenderungan menjadikan seragam sekolah sebagai ritual tahunan “selingan bisnis” oknum tertentu, yang melihatnya sebagai sebuah peluang ekonomi.

Setiap negara memiliki kebijakan masing-masing dalam menentukan kewajiban mengenakan seragam bagi para siswa, khususnya pada siswa sekolah dasar dan menengah. Di Indonesia, ketentuan mengenakan seragam sekolah diterapkan secara beragam, baik berdasarkan jenjang maupun jenis pendidikan. Berdasarkan jenjang sekolah, pada umumnya seragam yang dikenakan siswa di Sekolah Dasar (SD/MI) berwarna putih (baju/bagian atas) dan merah (celana atau bagian bawah). Sementara di Sekolah Tingkat Pertama (SMP/MTs) berwarna putih (baju/bagian atas) biru (celana atau bagian bawah), sedangkan untuk seragam Sekolah Tingkat Atas (SMA/MA) berwarna putih (baju/bagian atas) abu-abu (celana atau bagian bawah). Ketentuan berseragam tersebut boleh dikatakan berlaku secara nasional. Kendati demikian, untuk sekolah-sekolah swasta, ada yang menerapkan secara penuh ketentuan seragam di atas, namun ada pula yang menerapkan ketentuan seragam khusus sesuai dengan kekhasan dari sekolah yang bersangkutan. Pada sekolah-sekolah muslim, ketentuan berseragam sekolah disesuaikan dengan ajaran Islam (misalnya, mengenakan jilbab bagi siswa perempuan, atau bercelana panjang pada siswa laki-laki).

Sejalan dengan penerapan konsep School Based Management, saat ini ada kecenderungan sekolah-sekolah negeri pun mulai menentukan kebijakan seragam sekolahnya masing-masing. Pada hari-hari tertentu mewajibkan siswanya untuk mengenakan seragam khas sekolahnya, meski ketentuan “seragam standar nasional” masih tetap menjadi utama dan tidak ditinggalkan.

Pada sekolah-sekolah tertentu, kewajiban mengenakan seragam telah menjadi bagian dari tata-tertib sekolah dan dilaksanakan secara ketat, mulai dari ketentuan bentuk, bahan, atribut yang dikenakannya, bahkan termasuk cara pembeliannya. Penerapan disiplin berseragam yang sangat ketat, kerapkali “memakan korban” bagi siswa yang melanggarnya, mulai dari teguran lisan yang terjebak dalam kekerasan psikologis sampai dengan tindakan kekerasan hukuman fisik (corporal punishment).

Sama seperti kejadian di beberapa negara lain, ketentuan mengenakan seragam sekolah ini keberadaannya selalu mengundang pro-kontra. Di satu pihak ada yang setuju dan di pihak lain tidak sedikit pula yang memandang tidak perlu ada seragam sekolah, tentunya dengan argumentasi masing-masing. Bahkan di mata siswa pun tidak mustahil timbul pro-kontra. Lumsden (2001) menyebutkan beberapa keuntungan penggunaan seragam sekolah, diantaranya: (1) dapat meningkatkan keamanan sekolah (enhanced school safety); (2) meningkatkan iklim sekolah (improved learning climate), (3) meningkatkan harga diri siswa (higher self-esteem for students), dan (4) mengurangi rasa stress di keluarga (less stress on the family).
 
Menarik, apa yang dikembangkan di SMA de Britto Yogyakarta, yang tidak mewajibkan siswanya mengenakan seragam secara ketat. Kecuali hari Senin dan hari-hari lain yang diumumkan oleh sekolah, para siswa diperbolehkan mengenakan pakaian bebas, yaitu baju atau kaos yang berkrah dan celana panjang bukan kolor. Meski tidak secara ketat menerapkan aturan berseragam, tetapi para siswanya tampaknya dapat menunjukkan prestasi yang membanggakan, baik secara akademik mau pun non akademik.

Hal lain yang mungkin perlu kita pertanyakan, kenapa pada umumnya siswa laki-laki di SMP saat ini masih diwajibkan mengenakan seragam dengan celana pendek. Secara psikologis, sebetulnya para siswa SMP tidak lagi disebut anak, mereka adalah kelompok siswa yang sedang memasuki remaja awal, dalam dirinya sedang terjadi perubahan yang signifikan, baik secara fisik mau pun psikis, termasuk di dalamnya ada keinginan mereka untuk menjadi dirinya sendiri dan memperoleh pengakuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi orang dewasa. Kenapa tidak diberikan kesempatan untuk itu? Demikian pula dalam pandangan Islam, usia siswa SMP pada dasarnya sudah termasuk masa aqil baligh dan sudah dikenakan kewajiban (atau paling tidak dibelajarkan) untuk melaksanakan ibadah Shalat. Dengan kewajiban mengenakan celana pendek tentunya akan menjadi hambatan tersendiri untuk menjalankan ibadahnya.

Berseragam atau tidak berseragam memang menjadi sebuah pilihan, tetapi yang paling penting dalam proses pendidikan adalah bagaimana siswa dapat dikembangkan secara optimal segenap potensi yang dimilikinya sehingga mampu menunjukkan prestasinya, baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

Rabu, 04 Februari 2015

Manfaat dan Masalah Yang DiTimbulkan PR


Apakah PR Penting bagi Siswa?

Pekerjaan rumah (PR) sepertinya melekat dalam kehidupan para pelajar mulai dari SD sampai sudah Mahasiswa pun pasti pernah mendapatkan tugas.Bagaikan pisau bermata dua,PR sebenarnya mempunyai banyak manfaat tetapi tidak sedikit pula yang mengeluhkan adanya PR.

"PR tuh sebenarnya gak perlu toh kan saya sudah belajar di sekolah"kata seorang siswa.Banyak siswa yang mengatakan bahwa sebenarnya PR itu tidak perlu,tapi dari sisi Guru menurut mereka itu penting karena memiliki beberapa manfaat.

berikut adalah manfaat dari PR itu sendiri:

1.Belajar mengatur waktu.PR secara tidak langsung membantu para siswa untuk belajar membagi waktunya untuk bermain dan mengerjakan PRnya.Para siswa akan secara efisien mengerjakan PRnya agar mendapat waktu bermain yang lebih banyak.

2.Memahami Pelajaran.PR membantu siswa untuk mereview kembali pelajaran yang tadi telah d ajarkan di sekolah.Mengerjakan PR juga mencerminkan sejauh mana siswa paham akan pelajaran yang telah d ajarkan tadi.

3.Belajar Mengatasi Masalah.Jika dalam tingkat kesulitan yang tinggi PR dapat membantu siswa mengatasi masalah,karena siswa "dituntut" untuk mencari jawaban yang benar atas masalah tersebut.Sehingga keadaan ini membuat siswa terbiasa untuk memecahkan masalah

Tetapi bagai pedang bermata dua jika PR yang diberikan terlalu berlebihan atau tidak sesuai dengan kegunaannya membuat beberapa masalah:

1.Kurangnya waktu.Jika PR yang di berikan oleh guru "salah dosis" sehingga terlalu banyak,maka berefek pada terlalu banyak waktu yang di gunakan untuk siswa untuk mengerjakan PR tersebut,sehingga siswa cenderung malas bahkan akan cenderung menyontek PR dari siswa lain.

2.Tidak sesuai materi.Jika PR yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang di pelajari di sekolah,maka PR tersebut cenderung tidak efektif karena tidak membuat siswa mengerti pada materi tersebut melainkan membuat para siswa semakin bingung tentang materi yang di ajarkan.

3.Tidak Jelas Tujuannya.Jika PR yang di berikan tidak mempunyai tujuan tertentu melainkan hanya cenderung sebagai "kewajiban" maka PR tersebut tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap siswa dan cenderung memberikan efek yang negatif bagi siswa.

Kesimpulan,sebenarnya PR mempunyai banyak manfaat tetapi jika tidak digunakan secara tepat PR cenderung memberikan hal-hal negatif bagi siswa,PR yang "ideal" sebenarnya adalah PR yang mendapatkan umpan balik dari seorang guru,PR yang salah cenderung membuat siswa makin membenci belajar dan membuat guru frustasi karena tidak sesuai harapan.Jadi pentingnya sebuah PR kembali lagi pada pengunaannya,bagai pedang bermata dua dapat menguntungkan dan merugikan.

Jadi menurut anda,Apakah sebenarnya perlu ada PR bagi seorang siswa?